Dear Priaku, Walau Kamu Belum Mapan Aku Akan Tetap Bertahan

Dear, Priaku…
Terimakasih untuk kebahagiaan sederhana yang tak bisa dinilai dengan materi dan sejuta kemewahan yang pria lain tawarkan. Pendampinganmu di kala aku terpuruk, ucapmu yang selalu membangkitkan gairah semangat. Lelucon yang selalu menghiasi hariku, dan doa tulus pada Tuhan yang disaksikan oleh sajadahmu selalu membuat aku terpikat.
Kebahagiaan sederhana itu belum tentu aku dapatkan dari pria bermobil dan berdompet tebal. Kamu tak perlu khawatir, semangatlah dalam berjuang. Aku mendampingimu mendaki.

Wahai kamu pria sederhanaku…

Berbicara soal materi, tak usah dikhawatirkan sampai kamu rendah diri. Perempuanmu ini sudah biasa hidup sederhana, pun tak suka berlebih-lebihan. Aku takkan mengasongkan tanganku dan memeras keringatmu. Tak perlu kasihan karena kau tak bisa mengajakku makan malam romantis di restoran mewah, memberiku uang bulanan untuk berbelanja atau sekadar memanjakan diri. Kau tak perlu seperti itu, Priaku.
Aku pun tidak mau bergantung padamu dan menjadikan aku perempuan manja. Biarlah aku ikut berjuang bersamamu. Agar aku bisa menghargai keringatmu ketika kita sudah halal nanti. Toh , aku pun ingin mengamalkan ilmu bisnisku yang telah kupelajari dibangku kuliah. Kita akan berjuang bersama, hingga kau dan aku akan jadi partner terbaik yang membuat orang tua kita bangga.
Kau adalah pendampingku, bukan mesin ATM-ku.
Makan di pinggir jalan , bayar masing – masing pun tak mengapa, karena kita belum halal, kau belum memiliki kewajiban untuk menafkahiku. Simpanlah uangmu, berikan untuk ibumu, bahagiakanlah dia.. Ibumu lebih pantas kau manjakan dan kau bahagiakan,  sepanjang hidupmu. Asal kau jangan lupa satu hal, menabunglah untuk segera menghalalkanku. Ahh… kau pasti langsung tersenyum geli. 

Untuk itu, buktikan pada ayahku bahwa kamu orang yang tepat untukku.

Aku tahu, tidak mudah bagimu untuk meyakinkan keluargaku. Karena tidak  mudah pula bagi seorang ayah untuk menyerahkan puteri kesayangannya pada seorang pria yang baru dikenalinya. Seseorang yang akan bertanggung jawab menjaga puterinya seumur hidupnya. Atas kekhawatiran itulah, aku mohon padamu jangan menyerah. Bergegaslah untuk membuktikan pada ayahku bahwa kau pantas. Berjuanglah layaknya seorang pria sejati, karena aku pun akan menemani perjuangan itu. Kau tidak sendiri, niat baik akan diberikan jalanNya. 
Ketahuilah, aku mengagumi kesabaran dan kebersahajaanmu. Senyum manis di bibirmu selalu menyejukkan meskipun telingamu panas dengan hinaan orang, yang katanya kamu belum memiliki pekerjaan tetap, perempuanmu akan makan apa denganmu, bisa – bisa sengsara dan melarat. Serta omongan – omongan yang seolah menghakimimu. Padahal aku tahu kamu bekerja keras dengan halal, dan sungguh tak ada niatan dalam diri seorang laki- laki untuk membiarkan perempuannya sengsara.

Sesungguhnya kau tak sendiri, mari kita berjuang bersama-sama untuk masa depan kita berdua.

Sebelum kamu menyerah, istirahatlah sejenak di sampingku, biarkan aku bercerita tentang Larry Ellison, seorang laki – laki yang tumbuh tanpa ayah, dibesarkan oleh bibinya yang juga akhirnya meninggal. Ia harus hidup dalam jeratan kemiskinan dan pedihnya perjuangan. Juga Chairil Tanjung, seorang anak kampung yang dulunya tidak diperhitungkan, ia harus menerima ejekan dan juga hinaan.
Tapi itu dulu.. berbekal motivasi, gigihnya perjuangan dan do’a akhirnya Larry Ellison menjadi salah satu orang terkaya di dunia dengan jumlah kekayaan US$ 41miliar ( Rp. 498,6 triliun) dan Chairil Tanjung pun menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia yang memiliki beberapa perusahaan dan ribuan karyawan. Menakjubkan bukan? Jadi, aku pun percaya bahwa kau pun bisa. 
Dear kamu, jangan patah semangat. Kamu bukan tidak sukses, tapi belum. Masih ada tahun-tahun, bahkan detik yang akan membuktikan. Teruslah melangkah. Naiki tangga-tangga itu, lewati lorong-lorong yang berliku. Jika kau terjatuh, tanganku akan membantumu untuk bangkit. Jika pun kau ingin menyerah, menengoklah dan lihat kamu tak sendiri, ada aku dan ibumu yang tak beranjak meninggalkamu.
Aku dan ibumu akan bekerjasama agar kau senantiasa menjadi  laki-laki yang tangguh dan terbaik. Do’a doa kami akan menjadi energi penguatmu. Jangan pernah berjuang sendiri, karena kemampuan manusia ada batasannya. Selalu libatkan Tuhan, Dia ada lebih dekat dari urat nadimu. Dan niatkan semua perjuangan itu karenaNya.

Dan bukan seberapa banyak jumlah uangmu, tapi seberapa halal untuk kau nafkahkan.

Kelak, jika kita menikah, tidak perlu malu dan gengsi dengan sebuah pekerjaan. Selama itu halal, aku akan mendukung sepenuhnya. Selama kau dapat dengan cara yang benar, aku selalu merestui. Aku takkan menghitung berapa uang yang kau hasilkan, tapi seberapa halal uang yang akan kau nafkahkan untuk keluarga kita. Dan hingga sampai pada satu titik paling bahagia, di mana aku melihatmu dengan bangga karena kau tampak lebih laki.
Kau berjuang bersama terik panas, namun senyummu tetap teduh dalam mencari rejeki yang halal. Kau tampak kelelahan, tapi mulutmu tak pernah lelah berucap “Ini tugasku sebagai laki, calon tulang punggung keluarga. Aku menikmatinya.”  Seraya tersenyum manis kau meyakinkanku, membuat aku bangga akan menjadi bagian dari dirimu.
Akhirnya, terimakasih untuk perjuangan dalam membuktikan keseriusanmu. Aku harap cinta kita bisa diaminkan oleh semesta dan menjadi legenda dalam hidup kita.
Dari gadismu yang tak pernah alpha mendoakanmu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dear Priaku, Walau Kamu Belum Mapan Aku Akan Tetap Bertahan"

Posting Komentar